Nama : R Suparman Mata Kuliah : Apresiasi Puisi
Tingkat/kelas : 2/A Dosen :
Ira Rahayu, S.Pd., M.Pd.
NPM : 113050163
Pendekatan Objektif
Puisi “Negeriku”
Karya KH. Mustofa
Bisri
Ketika penyair KH. Mustofa Bisri atau yang kita kenal
dengan “Gus Mus” menulis puisi “Negeriku”, bisa dihubungkan dengan keadaan
Indonesia melalui kata-katanya. Kata-kata yang menunjukkan keadaan penyair bisa
ditelaah melalui metode puisi secara intrinsik, yakni berdasarkan (1) tema, (2)
diksi, (3) imaji, (4) kata kongkret (kata nyata), (5) bahasa figuratif (majas),
(6) rima, dan (7) nada.
Dengan puisinya
berikut,
NEGERIKU
Mana ada negeri
sesubur negeriku
Sawahnya tak hanya
menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
Tapi juga pabrik,
tempat rekreasi, dan gedung
Parabot-parabot
orang kaya didunia
Dan burung-burung
indah piaraan mereka
Berasal dari
hutanku
Ikan-ikan pilihan
yang mereka santap
Bermula dari lautku
Emas dan perak
hiasan mereka
Digali dari
tambangku
Air bersih yang
mereka minum
Bersumber dari
keringatku
Mana ada negeri
sekaya negeriku
Majikan-majikan
bangsaku
Memiliki
buruh-buruh mancanegara
Brangkas-brangkas
ternama di mana-mana
Menyimpan
harta-hartaku
Negeriku
menumbuhkan konglomerat
Dan mengikis habis
kaum melarat
Rata-rata pemimpin
negeriku
Dan handai
taulannya
Terkaya di dunia
Mana ada negeri
semakmur negeriku
Penganggur-penganggur
diberi perumahan
Gaji dan pensiun
setiap bulan
Rakyat-rakyat kecil
menyumbang
Negara tanpa
imbalan
Rampok-rampok diberi
rekomendasi
Maling-maling
diberi konsesi
Tikus dan kucing
Dengan asik
berkolusi
Puisi Negeriku karya KH. Mustofa Bisri bertemakan tentang
“kekayaan Indonesia yang dinikmati oleh orang-orang besar “, ini terlihat dari
tiap bait dalam puisi tersebut. Dalam tiap baitnya menggambarkan tentang
kekayaan yang ada di Indonesia tetapi banyak dinikmati oleh orang-orang besar.
Bahasa
yang digunakan dalam puisi negeriku ini sangat sederhana, artinya menggunakan
bahasa yang sering kita gunakan sehari-hari. Namun, walaupun menggunakan bahasa
yang sering digunakan sehari-hari, dalam puisi ini tetap adadiksi-diksi yang
membuat puisi ini indah dan menarik untuk dibacakan maupun didengarkan. Diksi
atau pilihan kata dalam puisi tersebut mampu memperkuat makna puisi secara
mendalam. Salah satunya, pada bait “Air bersih yang mereka minum Bersumber dari
keringatku” bukan diartikan bahwa air bersih itu bersumber dari keringat
seseorang, tetapi itu adalah diksi yang menggambarkan bagaimana pekerja sangat
bekerja keras dalam bekerja, untuk menghasilkan sumber daya alam berupa air
bersih. Pemilihan kata keringat sangat tepat untuk puisi tersebut, karena
keringat adalah bukti bagaimana seseorang dapat sudah bekerja keras.
Pada
bait lain yang menggambarkan ketidakenakan Indonesia adalah “Dan mengikis habis
kaum melarat”. Pemilihan diksi tersebut mengisyaratkan bahwa adanya tindakan
ketidakadilan atau penindasan terhadap masyarakat miskin. “mengikis” dan
“melarat” merupakan diksi untuk mewakili kata yang memiliki makna merebut
sesuatu secara perlahan dari masyarakat atau orang-orang miskin.
Unsur
imaji dalam puisi tersebut sangat tergambar jelas dari tiap baitnya, karena
menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Penyair merasakan banyak hal yang
telah terjadi di negerinya. “Mana ada negeri sesubur negeriku” bait pertama
pada puisi Negeriku mengisahkan negeri yang sangat subur tanpa ada yang
membadinginya, itu pandangan dari seorang penyair melalui karyanya. Penyair
juga menyatakan melalui puisinya, bahwa kekayaan yang dimiliki oleh negeri yang
didiaminya telah banyak digunakan dan dinikmati oleh orang-orang di luar sana. Salah
satu bait yang menyatakan hal tersebut adalah “Emas dan perak hiasan mereka
digali dari tambangku”.
Dalam
puisi Negeriku lebih banyak mengemas kata denotatif atau kata nyata untuk
menghubungkan pemikiran imaji dengan realitas.
Unsur kata nyata amat diperlukan agar puisi lebih mudah dimaknai. Namun selain
kata denotatif yang lebih banyak, dalam puisi tersebut juga mengandung kata
konotatif.
Beberapa
kata konotatif diketemukan pada puisi tersebut antara lain, “Air bersih yang
mereka minum bersumber dari keringatku”, “Negeriku menumbuhkan konglomerat dan
mengikis habis kaum melarat”,” Penganggur-penganggur diberi perumahan”,
“Rampok-rampok diberi rekomendasi”, “Maling-maling diberi konsesi”, dan “Tikus
dan kucing dengan asik berkolusi”
Selain
kata nyata, unsur lain yang tak kurang pentingnya adalah majas. Perumpamaan
atau perbandingan dilakukan Gus Mus untuk memperkuat makna puisi itu. Coba
lihat pada perumpamaan “Mana ada negeri sesubur negeriku” yang merupakan
perumpamaan bahwa negeri yang
ditinggalinya memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Sementara majas “Air
bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku” menyatakan bahwa warga atau
penduduk pribumi sangat pekerja keras hingga menghasilkan sumber daya alam
berupa air bersih. Lalu pada perumpamaan “Majikan-majikan bangsaku memiliki
buruh-buruh mancanegara”, ini perumpamaan bahwa di negeri yang ditinggalinya
mempunyai penguasa-penguasa yang memiliki banyak pegawai yang bekerja di luar
negeri yang banyak menjadi pekerja rumah tangga atau buruh pabrik. Sedangkan
pada bait terakhir “Tikus dan kucing dengan asik berkolusi”, kata tikus dan
kucing adalah perumpamaan untuk pejabat yang melakukan tindak kriminal berupa
korupsi.
Unsur
lain dalam karya sastra berupa puisi seringkali pula menyertakan rima. Meskipun
bukan unsur utama dalam metode puisi, rima seringkali menjadi bumbu penyedap
untuk meneguhkan sebuah puisi. Berikut rima-rima yang ada pada puisi Negeriku
berupa rima “ung” yakni, “Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung/ Tapi juga pabrik, tempat rekreasi,
dan gedung”.
Pada
bait berikutnya berupa rima “ku” yakni, “Parabot-parabot orang kaya didunia dan
burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku/ Ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku/ Emas dan perak hiasan mereka digali
dari tambangku/ Air bersih yang
mereka minum bersumber dari keringatku”.
Kemudian
bait berikutnya yaitu rima “rat”, “Negeriku menumbuhkan konglomerat/ Dan mengikis habis kaum melarat”. Selanjutnya pada ada rima “an”
yakni, “Penganggur-penganggur diberi perumahan/ Gaji dan pensiun setiap bulan/
Rakyat-rakyat kecil menyumbang Negara tanpa imbalan”.
Dan
pada bait terakhir adalah rima “si” yakni, “Rampok-rampok diberi rekomendasi/ Maling-maling diberi konsesi/ Tikus dan kucing Dengan asik
berkolusi”.
Jika
dibacakan, puisi ini lebih baik di suarakan dengan suara yang keras, tegas, dan
penuh emosi ketika membawakannya. Karena dengan begitu kita dapat mengayati isi
puisi tersebut. Dan orang-orang yang mendengarnya pun bisa ikut terbawa
suasana. Jadi, nada tinggi adalah nada yang tepat untuk puisi Negeriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar